BAB I
PENDAHULUAN METEOROLOGI TROPIS
1. Definisi
Meteorologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang keadaan atmosfer (cuaca) gejala fisis dan dinamisnya serta
fenomena-fenomena yang berkaitan dengan cuaca. Ilmu ini merupakan salah satu
cabang ilmu dari Geofisika yang mempelajari tentang bumi secara keseluruhan.
Meteorologi mempelajari atmosfer dari permukaan sampai dengan ketinggian
tropopause, karena pada level ini merupakan batas dari gejala/fenomena cuaca.
Terkait dengan pembelajaran atmosfer secara vertical, untuk mempelajari
meteorologi maka diperlukan observasi cuaca secara global, ini terkait dengan
sifat atmosfer yang sifatnya fluida sehingga mempengaruhi dengan sekitarnya.
Namun dalam prakteknya tentu sifat atmosfer ditiap tempat memiliki keunikan
yang berbeda-beda, sehingga diperlukan klasifikasi untuk mempermudah dalam
mempelajarinya. Salah satu bahasan yang dipelajari dalam meteorologi adalah
fenomena disekitar lintang ekuator, yaitu di daerah tropis. Meteorologi Tropis
adalah ilmu yang mempelajari keadaan cuaca dan fenomenanya dari sifat fisis dan
dinamis di daerah tropis.
2. Batasan Wilayah
Seperti dijelaskan diatas
meteorologi tropis hanyalah mempelajari keadaan atmosfer didaerah tropis, namun
harus dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan daerah tropis. Daerah
tropis secara umum dapat disimpulkan memiliki keunikan sebagai berikut :
1. Berada di daerah lintang
23,5o LU sampai 23,5o LS
Daerah ini ditetapkan sebagai
daerah tropis karena merupakan daerah dimana terjadi perjalanan matahari semu.
Perjalanan ini adalah posisi dimana titik nadir matahari terhadap permukaan
bumi mengalami osilasi dari lintasan equator selama 1 tahun. Penyimpangan
tersebut dikarenakan karena adanya kemiringan sumbu tegak bumi terhadap sumbu
tegak rotasinya sebanyak 23,5o pada saat berada di titik terjauhnya dari
matahari pada saat berevolusi. Keadaan ini terjadi sebagai akibat lintasan bumi
yang berbentuk elips, sehingga untuk bisa mempercepat gerakan di perihelium,
maka posisi bumi akan mengalami kemiringan agar mengalami percepatan.
Browser Anda mungkin tidak bisa
menampilkan gambar ini. Browser Anda mungkin tidak bisa menampilkan gambar ini.
Titik perihelium (terjauh) dari
matahari ini terjadi pada saat bulan Desember dan Juni. Sehingga pada bulan
Desember maka matahari berada di posisi 23,5o LS atau disebut juga Tropics of
Capricorn, sedangkan pada bulan Juni, matahari berada di 23,5o LU yang disebut
juga Tropics of Cancer. Matahari akan melintasi Equator sebanyak dua kali pada
bulan Maret dan Oktober. Pola ini akan membentuk lintasan yang sinusoidal.
Pengaruh dari keadaan ini adalah transfer panas dari matahari akan bertumpuk
pada daerah tersebut yang mempengaruhi keadaan atmosfer dan factor cuaca
lainnya.
2. Daerah yang mengalami
perubahan arah angin pada ketinggian 700mb
Sirkulasi umum angin yang
terjadi akibat perbedaan tekanan yang dipengaruhi oleh intensitas matahari di
daerah tropis mengakibatkan pola dimana udara didaerah subtropis bergerak
kearah equator dan diatas lintang subtropics akan menuju kutub yang tekanannya
lebih kecil. Batas antara kedua arah ini terlihat jelas pada ketinggian 700mb
didaerah batas tropis. Batas ini sering disebut juga sebagai daerah Lintang
Kuda. Daerah ini merupakan daerah subsiden dimana pola divergensi sering
terjadi, sehingga udara pada atmosfer atas akan turun mengisi kekosongan udara
permukaan yang bergerak kearah utara dan selatan.
3. Pola cuaca yang ekstrem dengan daerah
lintang tinggi.
Seperti dijelaskan diatas daerah
tropis mengalami intensitas radiasi yang lebih banyak dengan daerah lintang
tinggi. Hal ini mengakibatkan proses konveksi yang lebih besar sehingga
pertumbuhan awan akan sangat tinggi. Didaerah lintang tinggi pada umumnya
mengalami proses pembentukan awan yang bersifat adveksi, hal ini mengakibatkan
proses kondensasi terjadi pada suhu titik beku atau diatasnya. Pada daerah
tropis dimana sering terjadi konveksi, proses kondensasi dapat terjadi pada
ketinggian yang rendah, sehingga memungkinkan terjadi pada suhu diatas <
10oC. Lapisan tropopause yang berada lebih tinggi daripada daerah kutub juga
mengakibatkan kemungkinan untuk tumbuhnya awan lebih tinggi sampai mendekati
18km. Awan yang terbentuk setebal ini dan diakibatkan oleh konveksi disebut
awan Cumulonimbus atau Hot Tower. Sehingga sering dijumpai awan-awan cumulus
yang dalam waktu sekejap berubah menjadi badai.
Selain dari sifat-sifat diatas
untuk menentukan batasan daerah tropis sangat bergantung pada keadaan lokal
yaitu sifat orografis dan topografisnya. Hal ini disebabkan karena pada lintang
sekitar tropis dan subtropics, sering dijumpai pola laut yang luas, pegunungan,
gurun dan dataran yang mempengaruhi dalam pembentukan sirkulasi umum angin.
Dalam mempelajari atmosfer tropis biasanya daerah pembelajaran akan diperluas
menjadi 30oLUsampai 30oLS hal ini dikao Tekanan Udara yang lebih rendah
o Radiasi matahari dan intensitas yang diterima lebih besar
o Pola angin yang monsunal diakibatkan oleh pembentukan tekanan rendah pada
saat matahari mencapai daerah 23,5o
o Pembentukan awan yang lebih banyak, khususnya awan-awan konvektif
o Intensitas curah hujan yang lebih tinggi
Fenomena cuaca atau iklim khusus
yang terjadi di daerah tropis antara lain :
o ITCZ (InterTropical Convergen Zone), merupakan istilah
untuk menggambarkan keadaan konvergensi dari angin pasat (Travelling Wind).
o Hot Tower, yaitu pembentukan awan konveksi yang sangat tingi sehingga dapat
menghasilkan endapan yang sangat besar. Selain itu awan ini juga sering
mengakibatkan angin squall yang berbahaya bagi penerbangan.
o Palung monsoon dan buffer system, yang mempengaruhi daerah dengan curah hujan
tinggi.
o Siklon Tropis, yaitu badai atau pusaran angin yang terus meningkat yang
tumbuh didaerah perairan tropis namun berkembang dan mengarah ke daerah
subtropics diakibatkan gaya corioli. Pertumbuhan siklon ini diakibatkan karena
adanya suhu permukaan laut daerah tropis yang panas, sehingga energi yang
dihasilkan semakin tinggi dan menjadi faktor utama terbentuknya tekanan rendah
dan pertumbuhan awan.
o Elnino dan Lanina, merupakan gejala iklim tropis yang diakibatkan oleh
perbedaan suhu muka laut di daerah Samudera Pasifik Timur dengan Samudera
Hindia. Perbedaan ini akan mengakibatkan siklus angin Walker yang dapat
berosilasi ke timur-barat. Apabila siklus ini bergeser ke timur maka pembentukan
awan di daerah Indonesia akan bergeser ke daerah Pasifik, sehingga
mengakibatkan kekeringan, gejala ini disebut Elnino. Apabila siklus Walker
bergeser ke barat maka pembentukan awan di Indonesia akan semakin meningkat,
gejala ini disebut Lanina.
o Madden-Julian Oscillation (MJO), merupakan gejala iklim tropis yang hampir
sama seperti Elnino, namun terjadi di daerah samudera Hindia dan Pasifik Barat.
4. Observasi Cuaca
Tropis
Meteorologi tropis merupakan
bahasan yang unik, sehingga pada tahun 1950-an WMO telah menetapkan sebagai
bagian dari program World Weather Watch (WWW). Oleh sebab itu pengamatan yang
dilakukan penting guna menunjang pengamatan cuaca secara global. Selain itu
memang telah diketahui bahwa fenomena cuaca didaerah tropis sangat memberikan
efek besar kepada perubahan cuaca dunia, hal ini diakibatkan sumber energi
utama dari terbentuknya cuaca yaitu radiasi matahari bertumpuk di daerah
tropis. Untuk itu diperlukan pengamatan yang rapat untuk menghasilkan analisa
dan studi yang mendalam tentang keadaan atmosfer tropis.
Indonesia merupakan daerah
tropis yang unik, karena atmosfernya dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat,
aliran angin monsunal, iklim maritim, dan pengaruh lokal. Distribusi perairan
yang sangat luas menjadikan daerah Indonesia agak suli dalam melaksanakan
pengamatan, oleh sebab itu selain stasiun meteorologi sinoptik dan stasiun
meteorologi maritim, maka diperlukan tambahan alat-alat lain untuk merapatkan
pengamatan seperti buoys, radar dan satelit cuaca, serta pengamatan udara atas.
BAB II Siklon
tropis
Dalam
meteorologi,
siklon tropis (atau hurikan, angin puyuh, badai tropis,
taifun, atau angin ribut tergantung pada daerah dan kekuatannya)
adalah sebuah jenis sistem tekanan udara rendah yang terbentuk secara umum di
daerah tropis. Sementara angin sejenisnya bisa
bersifat destruktif tinggi, siklon tropis adalah bagian penting dari sistem
sirkulasi atmosfer, yang memindahkan panas dari daerah khatulistiwa menuju garis lintang yang lebih tinggi.
Daerah
pertumbuhan siklon tropis paling subur di dunia adalah Samudra Hindia dan perairan barat Australia. Sebagaimana dijelaskan Biro
Meteorologi Australia, pertumbuhan siklon di kawasan tersebut mencapai rerata
10 kali per tahun. Siklon tropis selain menghancurkan daerah yang dilewati,
juga menyebabkan banjir.
Australia telah mengembangkan peringatan dini untuk mengurangi tingkat risiko
ancaman siklon tropis sejak era 1960-an.
1.Gumpalan mesin bara
Berdasarkan
strukturnya, siklon tropis adalah daerah raksasa aktivitas awan, angin,
dan badai petir yang berkisar. Sumber energi primer sebuah siklon tropis adalah pelepasan panas
kondensasi/pengembunan dari uap air yang mengembun pada
ketinggian. Oleh sebab itu, siklon tropis bisa ditafsirkan sebagai mesin bara
cacak raksasa.
Unsur-unsur
dari siklon tropis meliputi kecaburan cuaca yang telah ada, samudra tropis
hangat, lengas (uap lembab), dan angin ringan tinggi relatif. Jika kondisi yang
tepat berkuat cukup lama, mereka dapat bertautan untuk menghasilkan angin sengit,
ombak luar biasa, hujan amat deras, dan banjir
berdampingan dengan fenomena ini.
Penggunaan
kondensasi ini sebagai sebuah tenaga pendorong adalah furak primer yang
membedakan siklon tropis dari fenomena meteorologis lainnya. Siklon garis lintang
tengah, misalnya, menggambarkan energi mereka sebagian besar dari naik turunnya
suhu di atmosfer yang telah ada. Dalam rangka meneruskan untuk mendorong mesin
baranya, siklon tropis harus tetap di atas air hangat, yang menyajikan
kelembaban atmosfer yang dibutuhkan. Penguapan lengas ini dipacu oleh angin
tinggi dan tekanan atmosfer yang dikurangi yang hadir di badainya,
mengakibatkan siklus berlarut-larut. Sebagai hasilnya, saat sebuah siklon
tropis melewati atas daratan, kekuatannya akan menipis dengan
2.Klasifikasi
dan terminologi
Badai
Catarina
Siklon
tropis digolongkan ke dalam tiga kelompok utama: depresi tropis, badai tropis,
dan kelompok ketiga yang namanya tergantung pada daerah.
Depresi
tropis adalah sistem terjuntrung awan dan
badai petir dengan sirkulasi dan angin berlarut maksimum permukaan terarasi
kurang dari 17 meter per detik (33 knot, 38 m/j, atau 62 km/j). Ia tidak
mempunyai mata, dan tidak khas dengan bentuk berpilin dari badai-badai yang
lebih kuat. Ia sudah menjadi sistem tekanan rendah, namun, karenanya bernama
"depresi".
Badai
tropis adalah sistem terjuntrung dari
badai petir kuat dengan sirkulasi dan angin berlarut maksimum permukaan
terarasi di antara 17 dan 33 meter per detik (34-63 knot, 39-73 m/j, atau
62-117 km/j). Pada waktu ini, bentuk siklon tersendiri mulai terbina, walau
matanya biasanya tak muncul.
Pengistilahan
yang digunakan untuk mendeskripsikan siklon tropis dengan angin berlarut
maksimal yang melampaui 33 meter per sekon (63 knot, 73 m/j, atau 117 km/j)
bervariasi tergantung daerah asalnya, misalnya sebagai berikut:
- Hurikan di Samudra Atlantik Utara, Samudra Pasifik sebelah timur batas penanggalan internasional, dan Samudra Pasifik Selatan
sebelah timur 160°BT
- Taifun di Samudra Pasifik Barat Daya
sebelah barat garis penanggalan
- Siklon tropis gawat di Samudra Pasifik Barat Daya
sebelah barat 160°BT atau Samudra Hindia Timur Laut sebelah timur 90°BT
- Badai siklon gawat di Samudra Hindia Utara
- Siklon tropis di Samudra Hindia Barat Daya
Di
tempat lain di dunia, hurikan telah dikenal sebagai Bagyo di Filipina, Chubasco di Meksiko, dan Taino di Haiti.
Bagian
tengah badai siklon tropis yang disebut mata merupakan lingkaran berdiameter antara 10 hingga 100
kilometer, paling sering dilaporkan sekitar 40 meter. Kecepatan angin bagian
ini lebih rendah bahkan berlangit cerah. Mata dikelilingi dinding awan padat
setingi 16 kilometer dengan angin dan hujan yang hebat.
3.Etimologi
- Kata taifun berasal dari
frasa Tionghoa tái fēng atau dalam bahasa Jepang "dai
fuun"(颱風)yang berarti "angin besar". Pengejaan
Indonesia juga mengusulkan hubungan dengan kata Persia, طوفان Taufân,
berkaitan dengan kata Yunani, Typhon.
- Kata hurikan diturunkan
dari nama dewa badai pribumi Amerindian Karibia, Huracan.
- Kata siklon berasal dari
kata Yunani kyklos =
"lingkaran", "roda
4.Banjir pantai
Sebagai
banjir dikaitkan dengan terjadinya badai tropis (juga disebut angin puyuh laut
atau taifun). Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering makin
parah akibat badai yang dipicu oleh angin kencang sepanjang pantai. Air garam
membanjiri daratan akibat satu atau perpaduan dampak gelombang pasang, badai, atau
tsunami (gelombang pasang). Sama seperti
banjir luapan sungai, hujan lebat yang jatuh di kawasan geografis luas akan
menghasilkan banjir besar di lembah-lembah pesisir
yang mendekati muara sungai.
5.Kejadian siklon tropis atau badai
Tanda-tanda
kelahiran suatu badai tropis bisa diperkirakan. Keberadaan dan pergerakannya
pun bisa diamati dengan teknologi. Hanya kadang-kadang, tanda-tanda badai bisa
diamati, dirasakan dan dibandingkan.
- Badai Fiona: Tanggal 6 Februari 2003 badai siklon tropis Fiona
berada di 300 mil lepas pantai selatan Jawa. Diperkirakan angin di pusat
badai berkecepatan 104 mil per jam dan ekor badai mencapai 84 mil per jam.
- Siklon Ivy tanggal 27 Februari 2004, dengan terbentuknya pusat
tekanan rendah yang memusat dan memutar. Hal ini terjadi di Samudra
Pasifik di sebelah tenggara Papua dan di Samudra Hindia dekat Australia.
Siklon di Samudra Pasifik ini dinamakan Tropical Cyclone Ivy dan di
sebelah Barat Australia dinamakan Tropical Cyclone Monty. Pengaruh
Siklon Ivy saat itu lebih dominan, ia menarik awan-awan yang ada di
Indonesia ke arah pusat siklon (sebelah tenggara Papua). Akibatnya
sebagian besar wilayah Indonesia berpeluang cerah hingga berawan sejenak
setelah sebelumnya dilanda hujan berhari-hari. Hanya wilayah Papua yang berpeluang kuat hujan
lebat karena lebih dekat dengan pusat siklon Ivy.
- Badai siklon tropis Fay di laut Timor tanggal 17 Maret 2004 pukul 9:30 waktu setempat,
bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan gerak 6 kilometer per jam.
Publikasi semacam ini terus diperbaharui dan diwartakan badan meteorologi
Indonesia dan Australia sebagai peringatan awal pada penduduknya. Harian KOMPAS pada hari yang sama
memperingatkan adanya gelombang 1,5 hingga 2,5 meter di Samudra Hindia
yang berbahaya bagi kapal-kapal nelayan, tongkang dan feri.
- Ancaman badai yang menimpa
Yogyakarta baru-baru ini. Badai ini mengancam kawasan pantai selatan
Yogyakarta, antara tanggal 9 Februari sampai 11 Februari 2005. Pemprov menyediakan 5 unit
alarm dan posko-posko sebagai antisipasi dari badai yang akhirnya tidak
kunjung datang ini. Siklon tropis di Selatan Indonesia ini, selalu muncul
setiap tahun pada Januari-Maret. Penyebabnya adalah tingginya
suhu muka laut di timur laut Australia. Wilayah Indonesia tak dilalui
pusat badai tropis, hanya terkena imbas dari ekor badai tersebut. Imbasnya
berupa angin kencang, hujan deras, dan tingginya gelombang laut.
Pemunculan siklon diawali pusat tekanan rendah di barat laut Australia dan
bergerak menuju barat daya. Efek yang biasa diterima pantai selatan
Indonesia biasaya pengaruh dari ekor siklon, bukan akibat pusat badai
tropis.
BAB III LA NINA
1.Pengertian La Nina
Gambar 1. Peta Suhu Muka Laut pada Kondisi La Nina
Dalam
bahasa latin La Nina berarti "gadis cilik". La Nina
merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan
Timur equator di Lautan Pasifik, La Nina tidak dapat dilihat secara
fisik, periodenya pun tidak tetap.
2.Proses Terjadinya La Nina
Gambar 2. Proses Terjadinya La Nina
Pada
saat terjadi La Nina angin passat timur yang bertiup di sepanjang
Samudra Pasifik menguat ( Sirkulasi Walker bergeser ke arah Barat ).
Sehingga massa air hangat yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat.
Akibatnya massa air dingin di Pasifik Timur bergerak ke atas dan menggantikan
massa air hangat yang berpindah tersebut, hal ini biasa disebut upwelling.
Dengan pergantian massa air itulah suhu permukaan laut mengalami penurunan dari
nilai normalnya. La Nina umumnya terjadi pada musim dingin di Belahan Bumi
Utara Khatulistiwa.
Gambar 3. Intensitas La Nina
Intensitas
La Nina : dilihat dari anomali suhu muka laut (SST)
- La Nina Lemah , yang ditetapkan jika SST
bernilai <- 0.5 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
- La Nina sedang, yang ditetapkan jika SST
bernilai antara - 0.5 s/d -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan
berturut-turut.
- La Nina kuat, yang ditetapkan jika SST
bernilai > -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
3.Kondisi Suhu Muka Laut pada
kondisi La Nina
1. Kondisi La Nina
Pada tahun La Nina jumlah air laut
bertemperatur rendah yang mengalir di sepanjang Pantai Selatan Amerika dan
Pasifik Timur meningkat. Wilayah Pasifik Timur dan Tengah menjadi lebih dingin
dari Pasifik Barat.
Ketika terjadi La Nina :
- Angin passat Timuran menguat,
sehingga massa udara dingin meluas hingga Samudera Pasifik bagian tengah
dan Timur.
- Ini menyebabkan perubahan pola
cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan Barat.
2. Kondisi Normal
Kondisi Suhu Muka Laut pada Kondisi
Normal
Pada tahun-tahun normal, Suhu Muka
Laut (SST) di sebelah Utara dan Timur Laut Australia ≥28°C sedangkan SST di
Samudra Pasifik sekitar Amerika Selatan ±20°C (SST di Pasifik Barat 8° - 10°C
lebih hangat dibandingkan dengan Pasifik Timur).
- Angin di wilayah Samudra
Pasifik Ekuatorial (Angin passat Timuran) dan air laut di bawahnya
mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran timuran air ini sedikit berbelok
ke Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan.
- Daerah yang berpotensi tumbuh
awan-awan hujan adalah di Samudra Pasifik Barat, wilayah Indonesia dan
Australia Utara.
4.Mendeteksi La Nina
Meskipun
rata-rata La Nina terjadi setiap tiga hingga tujuh tahun sekali dan dapat
berlangsung 12 hingga 36 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap sehingga sulit
diprakirakan kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. La Nina
adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi wilayah Samudra Pasifik selama
ratusan tahun. Namun demikian secara umum terdapat tiga parameter yang biasa
digunakan untuk mendeteksi terjadinya La Nina :
1.
SOI (Indeks Osilasi Selatan)
SOI adalah nilai indeks yang
menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan Darwin,
Australia.
Dengan :
- Pdiff
= selisih antara rata-rata satu bulan SLP Tahiti dan rata-rata SLP Darwin
- Pdiffav =
rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud
- SD(Pdiff) = Standar
Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud
La Nina dideteksi ketika nilai SOI
positip selama periode yang cukup lama (setidak-tidaknya tiga bulan).
2. Suhu Muka Laut
La Nina terutama ditandai dengan
mendinginnya suhu muka laut di Pasifik Equator
- SST lebih rendah dibandingkan
dengan rata-ratanya.
- penyimpangan suhu muka laut di
daerah tersebut bernilai negatif.
3. Angin passat
Gambar 4. Sirkulasi angin secara global di bumi
Selama kejadian La Nina, angin
passat timur menguat. Perairan di sekitar Indonesia dan Australia menjadi
lembab dan basah.
5.Dampak La Nina
La
Nina merupakan fenomena cuaca skala global dan mempengaruhi kondisi iklim di
berbagai tempat.
1.
Dampak La Nina terhadap kondisi cuaca global
Gambar 5. Kondisi cuaca global pada periode La Nina
- Angin passat timuran menguat
- Sirkulasi Monsoon menguat
- Akumulasi curah hujan berkurang
di wilayah Pasifik bagian timur. Cuaca di daerah ini cenderung lebih
dingin dan kering.
- Potensi hujan terdapat di
sepanjang Pasifik Ekuatorial Barat seperti Indonesia, Malaysia dan Australia
bagian Utara. Cuaca cenderung hangat dan lembab.
2. Dampak La Nina terhadap kondisi cuaca Indonesia
Gambar 6. Pengaruh La Nina terhadap cuaca di Indonesia
Fenomena
La Nina menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia bertambah,
bahkan sangat berpotensi menyebabkan terjadinya banjir. Peningkatan curah hujan
ini sangat tergantung dari intensitas La Nina tersebut. Namun karena posisi
geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La Nina.
BAB 1V EL NINO
1.Pengertian El Nino
(Sumber :
http://www.acmecompany.com/stock_thumbnails/13007.el_nino_conditions.jpg)
El Nino adalah fenomena alam dan
bukan badai, secara ilmiah diartikan dengan meningkatnya suhu muka laut di
sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya dan
secara fisik El Nino tidak dapat dilihat.
2.Proses Terjadinya El Nino
1. Asal
Muasal El Nino
El Nino berasal dari bahasa Spanyol
yang berarti “anak lelaki”. Sejarahnya, pada abad ke-19 nelayan Peru menyadari
terjadinya kondisi menghangatnya suhu lautan yang
tidak biasa di wilayah pantai Amerika Selatan, dekat Ekuador dan
meluas hingga perairan Peru. Hal ini terjadi di sekitar
musim Natal pada setiap tahun. Pada tahun-tahun normal, air
laut dalam yang bersuhu rendah dan kaya akan nutrisi
bergerak naik ke permukaan di wilayah dekat pantai. Kondisi ini
dikenal dengan upwelling. Upwelling ini
menyebabkan daerah tersebut sebagai tempat berkumpulnya jutaan plankton
dan ikan. Ketika terjadi El Nino upwelling jadi
melemah, air hangat dengan kandungan nutrisi yang rendah menyebar di
sepanjang pantai sehingga panen para nelayan berkurang.
Gilbart Walker yang mengemukaan
tentang El Nino dan sekarang dikenal dengan Sirkulasi Walker yaitu sirkulasi
angin Timur-Barat di atas Perairan Pasifik
Tropis. Sirkulasi ini timbul karena perbedaan temperatur di atas perairan yang
luas pada daerah tersebut.
a. Perairan sepanjang pantai China dan Jepang,
atau Carolina Utara dan Virginia, lebih hangat dibandingkan dengan
perairan sepanjang pantai
Portugal dan California. Sedangkan perairan di sekitar wilayah Indonesia
lebih hangat daripada
perairan di sekitar Peru, Chile dan Ekuador.
b. Perbedaan temperatur lautan di arah Timur –
Barat ini menyebabkan perbedaan tekanan udara permukaan di antara
tempat – tempat tersebut.
c. Udara bergerak naik di wilayah lautan yang
lebih hangat dan bergerak turun di di wilayah lautan yang lebih dingin. Dan
itu menyebabkan aliran udara di lapisan permukaan bergerak dari Timur ke Barat.
Inilah yang kemudian disebut
dengan angin Pasat Timuran.
Sirkulasi Timur Barat (Sirkulasi
Walker)
(sumber: http://www.bom.gov.au/lam/climate/level3/analclim/elnino.htm)
2. Kondisi
Normal
Pada tahun-tahun normal, Suhu Muka
Laut (SST) di sebelah Utara dan Timur Laut Australia ≥28°C sedangkan SST di
Samudra Pasifik sekitar Amerika Selatan ±20°C (SST di
Pasifik Barat 8° - 10°C lebih hangat dibandingkan dengan Pasifik
Timur).
(Sumber:
http://winds.jpl.nasa.gov/images/winds_over_ocean2.gif)
Pada kondisi
netral :
- Angin di wilayah Samudra
Pasifik di sekitar ekuator ( Angin Pasat Timuran) dan air laut di
bawahnya, mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran ini sedikit berbelok
ke Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan.
- Daerah yang berpotensi tumbuh
awan-awan hujan adalah di Samudra Pasifik Barat, wilayah Indonesia dan
Australia Utara
3. Kondisi
El Nino
Sebaran awan hujan sangat sedikit di
wilayah Indonesia
Pada tahun
El Nino jumlah air laut bersuhu rendah yang mengalir di sepanjang Pantai
Selatan Amerika dan Pasifik Timur berkurang atau bahkan
menghilang sama sekali. Wilayah Pasifik Timur dan Tengah menjadi sehangat
Pasifik Barat.
Ketika
terjadi El Nino :
- Angin Pasat Timuran melemah,
artinya angin berbalik arah ke Barat dan mendorong wilayah potensi hujan
ke Barat. Hal ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan
meliputi wilayah Perairan Pasifik Tengah dan Timur dan Amerika Tengah.
4.
Intensitas El Nino
Masing-masing
kejadian El Nino adalah unik dalam hal kekuatannya sebagaimana dampaknya pada
pola turunnya hujan maupun panjang durasinya.
Berdasar
intensitasnya El Nino dikategorikan sebagai :
- El Nino Lemah (Weak El Nino), jika
penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +0.5º C s/d +1,0º C dan
berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
- El Nino sedang (Moderate El Nino),
jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +1,1º C s/d 1,5º C dan
berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
3. El Nino kuat (Strong El
Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator > 1,5º C dan
berlangsung minimal
selama 3 bulan
berturut-turut.
5.Mendeteksi El Nino
El Nino adalah
sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi kehidupan di wilayah Samudra Pasifik
selama ratusan tahun. Meskipun rata-rata El Nino terjadi setiap tiga hingga
delapan tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 18 bulan, ia tidak
mempunyai periode tetap. Kenyataan ini membuat El Nino sulit diprakirakan
kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. Namun demikian secara
umum terdapat tiga parameter yang biasa digunakan untuk mendeteksi terjadinya
El Nino :
1. SOI
(Indeks Osilasi Selatan)
SOI adalah
nilai indeks yang menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara
Tahiti dan Darwin-Australia, secara matematika
dirumuskan :
Dengan
:
- Pdiff
= selisih antara rata-rata satu bulan
SLP Tahiti dan rata-rata SLP Darwin
- Pdiffav
= rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud
- SD(Pdiff) = Standar
Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud
El Nino dideteksi ketika nilai SOI
negatif selama periode yang cukup lama (minimal tiga bulan).
2. Suhu
Muka Laut (SST)
El Nino
terutama ditandai dengan meningkatnya suhu muka laut di Pasifik Ekuator, SST
ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya dan
penyimpangan di daerah tersebut bernilai positif.
Pergerakan angin pasat
Selama kejadian
El Nino, angin pasat timur melemah. Aliran ke Timur berbalik ke arah Barat. Perairan di
sekitar Indonesia dan Australia menjadi dingin dan
lebih kering.
6.Dampak El Nino
(Sumber:
http://www.cnn.com/WEATHER/9708/20/el.nino/effects.lg.jpg)
El Nino merupakan fenomena cuaca
skala global dan mempengaruhi kondisi iklim di berbagai tempat.
1. Dampak El Nino terhadap kondisi
cuaca global
a) Angin pasat timuran melemah
b) Sirkulasi Monsoon melemah
c) Akumulasi curah hujan berkurang
di wilayah Indonesia, Amerika Tengah dan amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di
daerah ini cenderung lebih dingin dan kering.
d) Potensi hujan terdapat di
sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina. Cuaca
cenderung hangat dan lembab.
(Sumber:
http://www.physics.ohio-state.edu/~wilkins/writing/Samples/shortmed/larsonshort/nino.gif)
2. Dampak El
Nino terhadap kondisi cuaca Indonesia
Fenomena El Nino menyebabkan curah
hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah
hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena
posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak
seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
El Nino pernah
menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan
bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya
kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya.
(Sumber:
http://www.pbs.org/wgbh/nova/elnino/reach/across.html)
Kekeringan dan kebakaran hutan
terparah yang pernah terjadi selama 50 tahun terjadi di tahun 1997. Polusi
udara yang ditimbulkannya menyebar hingga ke seluruh wilayah ditambah
Negara-negara tetangga –Brunei, Filipina, dan Thailand-.
BAB V MADDEN-JULIAN OSCILLATION
1.Penemuan
Cuaca
di daerah tropis tak dapat diprediksi seperti halnya di daerah lintang sedang.
Hal ini disebabkan di daerah lintang sedang variabel-variabel cuaca (awan,
presipitasi, angin, suhu dan tekanan) sebagian besar ditentukan oleh gelombang
Rossby troposfer atas (upper-tropospheric) yang berinteraksi dengan
cuaca permukaan dalam suatu proses yang disebut instabilitas baroklinik
(Catatan 13.B). Di daerah tropis ini tak ada suatu instabilitas yang dominan
atau pergerakan gelombang dan karena itu cuaca dapat diprediksi tak lebih pada
periode 1-10 hari. Sampai sekarang dipercaya bahwa variasi cuaca daerah tropis
dalam skala waktu pada dasarnya acak.
Di tahun 1971 Rolland Madden dan Paul Julian (1) menemukan secara tiba-tiba suatu osilasi 40-50 hari ketika menganalisa anomali zona angin di daerah tropis Pasifik. Mereka menggunakan pencatatan 10 tahunan tekanan di Kanton (pada 2,8°S di Pasifik) dan angin upper-level di Singapura. Osilasi permukaan dan angin upper-level yang ditandai selesai di Singapura. Hingga awal 1980-an perhatian sedikit terbayar dengan osilasi ini, yang menjadi terkenal sebagai Madden-Julian Oscillation (MJO) dan beberapa ilmuwan mempertanyakan kesignifikanannya secara global. Sejak peristiwa El-Nino 1982-1983, ada variasi frekuensi rendah di daerah tropis, keduanya dalam skala waktu intra-musiman (kurang dari satu tahun) dan inter-musiman (lebih dari satu tahun), telah mendapatkan lebih banyak perhatian, dan jumlah publikasi yang berkaitan dengan MJO meningkat drastis.
MJO juga berkenaan sebagai osilasi hari 30-60 atau hari 40-50, menghasilkan fluktuasi utama intra-musiman yang menjelaskan variasi-variasi cuaca di daerah tropis. MJO mempengaruhi seluruh troposfer daerah tropis bahkan lebih jelas di Samudera Hindia dan di barat Samudera Pasifik. MJO meliputi variasi-variasi dalam hal angin, suhu permukaan laut (SST), perawanan dan curah hujan. Dikarenakan kebanyakan curah hujan di tropis konvektif, dan awan tinggi konvektif sangat dingin (emitting little longwave radiation), serta MJO paling jelas dalam variasi outgoing longwave radiation (OLR) setara ukurannya dengan suatu sensor infra-merah di sebuah satelit.
Gambar 1. (dari Elleman, 1997) menunjukkan bagaimana anomali OLR di timur menyebar ke timur pada kecepatan sekitar 5 m/detik. Sinyal OLR di belahan bumi barat lebih lemah dan interval yang berulang-ulang untuk arah ke timur menyebarkan anomali OLR di belahan bumi timur sekitar 30 sampai 60 hari. Bagaimana pastinya penyebaran anomali dari garis penanggalan (dateline) ke Afrika (yaitu melalui belahan bumi barat) tak begitu dimengerti. Terlihat di dekat garis penanggalan (dateline) suatu gelombang Kelvin yang lemah menyebar ke arah timur dan ke arah kutub pada kecepatan melebihi 10 m/detik.
Sehubungan dengan penyebaran anomali konvektif, MJO meliputi variasi-variasi dalam sirkulasi global. MJO mempengaruhi intensitas dan periode perubahan angin monsoon Asia dan Australia dan berinteraksi dengan El-Nino. Musim hujan dalam monsoon Australia terjadi sekitar 40 hari yang terpisah. Berhampiran dengan korelasi lemah dengan pola curah hujan daerah lintang sedang dan karakteristik arus jet (jet stream) juga ditemukan (2).
Gambar 1. Permukaan dari radiasi outgoing longwave di sekitar globe antara 5° S dan 5° U selama 6 bulan (10/1991 hingga 3/1992). Interval kontur adalah 5 Wm-2. Area yang biru mempunyai anomali negatif melebihi 5 Wm-2. Data telah disaring untuk memindahkan variasi frekuensi tinggi (< class="fullpost">
2.Struktur dari gelombang Madden-Julian
Di
pusat konvensi tekanan, langit yang bersih diasosiasikan dengan suatu inversi
angin pasat (trade wind) yang lebih kuat daripada normal memberikan
radiasi gelombang pendek yang menjangkau permukaan lautan (Gambar 2),
menyebabkan suatu peningkatan SST yang kecil meningkat dengan gelombang
bergerak ke arah timur (3). Angin pasat (trade wind) sangat kuat daripada
normal, menjelaskan evaporasi yang tinggi dari permukaan laut.
Gambar
2. Skema MJO. Bagian silang mewakili sabuk ekuatorial di sekitar globe, atau
tepat pada belahan bumi timur. E berdiri untuk evaporasi, SW untuk radiasi
gelombang pendek yang diserap oleh lautan. Panah hijau penuh menunjukkan lokasi
konvergensi kelembapan terkuat. Panah hijau berlubang menunjukkan siklus
anomali yang dihubungkan dengan MJO. Area konveksi lemah (enhanced
convection) dindikasikan sebagai skema kuning hujan badai (thunderstrom)
(diadaptasi dari Elleman,1997).
Angin dari arah timur (dan angka evaporasi) melemah di dekat tepi kawasan konveksi tekanan, dan menuju pada konvergensi tekanan tingkat rendah (low-level moisture convergence). Hal ini memicu konveksi yang dalam, menuju paruh lain dari osilasi OLR, yaitu kawasan enhanced convection. Kawasan ini terdiri dari satu atau lebih kumpulan awan yang besar (super cloud clusters/SCCs) yang bergerak ke arah timur sepanjang gelombang MJ. Dalam SCCs, pergerakan ke barat kumpulan awan membentuk tepian timur SCC dan berhenti di tepi barat. Kelompok-kelompok kecil tersendiri bergerak ke timur, biasanya dengan sebaran diskret dan mempunyai usia 6-12 jam. Perjalanan SCCs ke arah timur pada kecepatan 5-10 m/detik, tak selama badai yang kompleks (storm complex) tapi lebih dari pergerakan suatu gelombang atau osilasi, yaitu MJO. MJO mempunyai jumlah gelombang 1-2, pada waktu sedikit ada satu atau dua daerah sekitar ekuator dengan konveksi kuat (enhanced convection) dan satu atau dua dengan konveksi lemah (suppressed convection).
3.Pergerakan
Ekuator menangkap gelombang (gelombang Kelvin dan Rossby) yang menjelaskan perkembangan peristiwa El-Nino (Catatan 11.C) juga mekanisme pergerakan dari MJO. Gelombang-gelombang ini terjadi di segenap troposfer dari 30° U ke 30° S, sebagian besar pada belahan bumi timur. Permukaan udara mengalir dari konveksi di kedua arah zona terhadap kawasan enhanced convection. Di atas troposfer, anomali ke timur keluar dari sisi barat konveksi kuat (enhanced convection) (Gambar 2). Yang kuat dari barat berasal dari sisi timur konveksi kuat (enhanced convection) mengalir menuju konveksi lemah (suppressed convection). (Gambar 3 dari 4). Ketika suppressed convection dari Samudera Hindia di pertengahan Samudera Pasifik, siklon anomali berputar pada 200 mb mengikuti kawasan konveksi lemah (suppressed convection). Demikian pula, antisiklon berputar pada 200 mb mengikuti kawasan konveksi lemah (suppressed convection) ketika itu menjadi kuat di Samudera Hindia dan barat Pasifik. Perputaran pada artian berlawanan dibuat pada permukaan, tapi mereka lebih lemah daripada ketika di tropopause. Sirkulasi zona dan perputaran horizontal adalah proses penting daripada massa berjalan MJO di sekitar daerah tropis.
Penjelasan di atas sederhana, pada keadaan ideal osilasi, sebagaimana terisolasi dari variasi-variasi lain. Sebagaimana yang dimaksudkan sebelumnya, kecepatan dan ukuran bervariasi, dan MJO sebagian besar menyebabkan pola curah hujan di Indonesia dan area sekitarnya. Tak semua bagian dari MJO: konveksi, zona angin, konvergensi kelembapan dan anomali SST selalu dapat dilihat (5). Hal ini hanya ketika hari 30-60 dikutip dari suatu rangkaian peristiwa MJO yang merupakan gambaran ideal kemunculan MJO. Urutan osilasi mempunyai variasi amplitudo, periode dan panjang gelombang campuran Kelvin-Rossby di sepanjang belahan bumi timur, tapi di sepanjang belahan bumi barat hanya menunjukkan suatu struktur gelombang Kelvin. Gelombang itu bergerak melalui belahan bumi barat pada kecepatan lebih tinggi (setidaknya 10 m/detik). Osilasi lebih kuat di musim dingin belahan bumi utara. Di musim ini juga anomali negatif OLR paling mungkin menyebar di sepanjang ekuator dari Samudera Hindia ke pusat Samudera Pasifik. Di musim panas belahan bumi utara, banyak dari anomali berbelok dari daerah tropis sebelum mereka jadi di pusat Samudera pasifik.
Meskipun kompleksitas dan
ketergantungannya pada konveksi, inti dari MJO (periodesitas, struktur dan zona
asimetri) dapat disimulasikan dalam suatu GCM (7).
DAFTAR PUSTAKA
1.
http
://quickguack.wordpress.com/2009/09/09/paper meteorology tropis
2.
http
://id.wikepedia.urg/wiki/siklon tropis
3.
http://ustadzklimat.blogspot.com/2009/03/madden-julian-oscillation-mjohttp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar